Assalamu'alaikum.. Apakabar saudaraku sekalian? Kami mendoakan kamu selamat sejahtera...

Senin, 27 Mei 2013

Laporan Spermatozoa



LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI

PENGAMATAN SPERMATOZOA

OLEH KELOMPOK 3:
ANGGA PUTRA ADINATA
ATIKA AGUSTY
AYU WANNISA
CUT VELA RISQA H
DONA AYU MURTI                                   
SRI LUHUR
TEGUH RIANDA


 









FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013



BAB I
PENDAHULUAN

Membuat Sediaan Oles Spermatozoa
1.1  Latar belakang

Pemeriksaan morfologi spermatozoa
ditujukan untuk melihat bentuk-bentuk spermatozoa yang didasarkan atas bentuk kepala dari spermatozoa. Seperti diketahui spermatozoa mempunyai beberapa macam bentuk. Dengan pemeriksaan ini diketahui beberapa banyak bentuk spermatozoa normal dan abnormal. Bentuk yang normal adalahspermatozoa yang kepalanya berbentuk oval dan mempunyai ekor yang panjang. 

1.2  Manfaat dan tujuan

Untuk mengenali struktur spermatozoa ayam dan tikus ,sperma yang hidup dan yang mati, serta untuk dapat membedakan sperma yang normal dengan sperma yang abnormal.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Spermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi dan padat yang tidak lagi mengalami pembelahan atau pertumbuhan,berasal dari gonosit yang menjadi spermatogonium,spermatosit primer dan sekunder dan selanjut nya berubah menjadi spermatid dan akhir nya berubah menjadi spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan ekor ( hafez.2000)

Kepala spermatozoa berbentuk bulat telur dengan panjang 5 mikron,diameter 3 mikron dan tebal 2 mikron yang terutama di bentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat penurun ayah nya. Pada bagian anteriorkepala spermatozoa terdapat akrosom,suatu struktur yang berbentuk topi yang menutupi dua pertigaan bagian anterior kepala dan melindungi beberapa enzim hidrolitik. ( yanagimachi,1994)

Bahan kandungan akrosom adalah setengah padat yang dikelilingi oleh membran akrosom yang terdiri dari dua lapis.secara molekuler susunan kedua membran akrosom ini sangat berbeda,membran akrosom luar bersatu dengan plasma membran pada saat terjadinya reaksi akrosom sedangkan membran akrosom dalam menghilang. Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan ekor
( Hafez,2000)

Ekor dibedakan menjadi tiga bagian yaitu, bagian tengah,bagian utama,dan bagian ujing. Panjang ekor seluruh nya sekitar 55 mikron dengan diameter yang makin keujung  makin kecil. Panjang bagian tengah 5-7 mikron,tebal 1 mikron. Bagian utama panjang 45 mikron,tebal 0,5 mikron dan bagian ujung panjang 4-5 mikron,tebal 0,3 mikron. Bagian ekor tidak bisa dibedakan dengan mikroskop cahaya tetapi harus dengan mikroskop elekton ( Yatim,1990)




Istilah-istilah yang dipakai pada bentuk yang abnormal adalah :
·                     Makro : 25 % > kepala normal
·                     Mikro : 25 % < kepala normal
·                     Taper : kurus, lebar kepala ½ yng normal, tidak jelas batas akrosom, memberi  gambaran cerutu
·                     Piri : memberi gambaran ”tetesan air mata”
·                     Amorf : Bentuk kepala yg ganjil, permukaan tidak rata.
·                     Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom
·                     Piri : tidak jelas adanya kepala yg nyata, tampak midpiece dan ekor saja
·                     Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau midpiece, lebih cerah
·                     Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda 







BAB III

Metode Praktikum
Alat dan bahan          :

o   Mikroskop
  • Cawan petri
  • Testis ayam dan tikus
  • Objek glass
  • Giemsa atau eosin
  • Alat bedah
  • Nacl fisiologi


CARA KERJA         :
  • Ambillah cairan yang mengandung spermatozoa yang berasal dari testis,epididimis atau vas deveren ayam atau tikus.
  • Jika cairan itu pekat larutkan dengan Nacl fisiologi,kemudian teteskan cairan pada objek glass yang bersir. Dengan objek glass yang lain dioleskan setipis mungkin dan fiksasi dengan cara melewatkan di atas api.
  • Warnai dengan eosin,selama 3-5 menin.cuci dengan air mengalir. Selanjut nya keringkkan kembali.priksa dibawah mikroskop.





BAB IV
PEMBAHASAN

Morfologi spermatozoa :
Spermatozoa Normal : Spermatozoa yang kepalanya berbentuk oval, reguler, dengan bagian tengah utuh dan mempunyai ekor tak melingkar dengan panjang 45 um.
- Spermatozoa Abnormal : Spermatozoa disebut abnormal bilamana terdapat satu atau lebih dari bagian spermatozoayang abnormal.Jadi meskipun kepala spermatozoa oval,  tetapi kalau bagian tengah menebal, maka dikatakan abnormal.

Abnormalitas kepala :
- Kepala oval besar : Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih besar dari normal. Panjang kepala >5µ dan lebar >3 µ
- Kepala oval kecil : Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih kecil dari normal. Panjang kepala <3>2 µ.
- Kepala pipih (tapering head = lepto) : Kepala spermatozoaberbentuk seperti cerutu dengan kedua sisinya sejajar, bentuk ramping dan agak panjang, akrosomnya dapat berujung lancip atau tidak.
- Kepala berbentuk pir (piriform head) :Kepalanya nyata atau bahkan lebih menyolok   berbentuk sebagai tetesan air, bagian runcing berhubungan dengan bagian tengah.
- Kepala dua (duplicated head) : Spermatozoa dengan memiliki dua kepala.
- Kepala berbentuk amorfous (terato) : Bentuk kepala yang tak menentu atau sangat besar dengan struktur yang aneh.



Abnormalitas bagian tengah
- Bagian tengah tebal
- Bagian tengah patah
- Tak mempunyai bagian tengah

Abnormalitas ekor
- Ekor sangat melingkar
- Ekor patah yang meninggalkan sisa ekor.
- Ekor lebih dari satu
- Ekor sebagai tali terpilin.


gambar sperma tikus











BAB V

Kesimpulan
Struktur sperma terdiri atas :
·         Kepala sperma ,terdiri atas akrosom,nucleus,dan sentriol.akrosom mengandung enzim hialuronidase dan protease yang berfungsi menembus ovum
·         Leher sperma
·         Bagian tengah badan sperma,banyak terdapat mitokondria yang berfungsi menghasilkan enegi untuk pergerakan sperma.
·         Ekor sperma,yang berfungsi untuk pergerakan sperma.

















DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arington,L.R,1965. Introductory laboratory animals science. The interstreet
      printers and publishere,inc.Daville,illionis
Anonymous, Penuntun Laboratorium WHO untuk Pemeriksaan Semen Manusia
     
dan Interaksi Semen Getah Serviks
, Balai Penerbit FKUI, Perkumpulan
     
Andrologi Indonesia, Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia, Jakarta,
     
1988 hal 1-504
Brawijaya ,1982 . penyakit kelinci. Faculty of animal 4.9
Demers LM, In Vitro Fertilization and Assisted Reproductive
     
Technologies,
 Biotech Lab International, March-April 2000
Jacoeb TZ, hal-hal yang dapat mempengaruhi struktur sperma, Jurnal biologi. (2000)

Susilawati T, Evaluasi Kapasitasi dan Reaksi Akrosom, Post Graduate Course
     
Penatalaksanaan Infertilitas
 dan Analisis Semen di Surabaya, tanggal 22-23
     
Oktober 1999, hal 1-10

Rabu, 22 Mei 2013


LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI

PENGUKURAN DAN
PENENTUAN UMUR
FOETUS

OLEH KELOMPOK 3:
ANGGA PUTRA ADINATA
ATIKA AGUSTY
AYU WANNISA
CUT VELA RISQA H
DONA AYU MURTI                                   
SRI LUHUR SYASTARI
TEGUH RIANDA


 








FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Foetus (janin) berkembang setelah fase embrio dan sebelum kelahiran. Foetus dapat diartikan "bibit muda, kandungan". Foetus sapi berada pada salah satu kornua, sedangkan kornua yang lain tetap kecil. Terdapat dua cara untuk mengukur panjang foetus, yaitu :
a.      Curved Crown Rump
Pengukuran dengan cara mengukur panjang tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk garis curva forehead. Cara ini tidak lazim dipakai.
b.      Straight Crown Rump
Pengukuran dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor berbentuk garis lurus sampai forehead. Cara inil yang sering digunakan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui panjang dan berat foetus pada masa kandungan.

1.3 Manfaat
Mahasiswa mengetahui rasio ukuran foetus dan berat foetus berdasarkan usia kebuntingan.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Berat badan adalah parameter penting untuk mengetahui pengaruh senyawa asing terhadap fetus,ditunjukkan dengan penurunan berat dan panjang fetus.Laju pertumbuhan dan perkembangan fetus menetukan variasi ukuran anakan (Warkany, 1965).
Penurunan berat dan panjang (hambatan prtumbuhan),malformasi,sampai kematian intrauterine,juga dipengaruhi oleh efek embrionik suatu zat jika terakumulasi pada embrio yang tidak peka secara genetic (Harbinson, 1980).
Rerata panjang fetus berbeda nyata antara kontrol dengan perlakuan sementara,penurunan berat dan panjang tubuh bentuk teringan afek agensia teratogenik dan merupakan parameter yang sensitif.Gangguan perkembangan individu dalam uterus menyebabkan  kalainan antara kelahiran dengan berat badan tidak normal.Berkurangnya berat dan panjang foetus adalah adnya indikasi hambatan pertumbuhan fetus.Hambatan pertumbuhan terjadi bila agen mempengaruhi proliferasi sel,interaksi sel,dan pengurangan laju biosintesis ,berkaiyan dengan hambatan sintesis asam nukleat ,protein atau muko polisakarida (Wildson, 1973).
Foetus merupakan hasil akhir dari suatu seri proses diferensiasi secara teratur yang merubah zigot bersel satu menjadi suatu replica dari jenis hewan yang bersangkutan. Selama permulaan cleavage pada suatu sel telur yang telah dibuahi, ukuran sel tersebut berkurang secara progresif dengan sedikit perubahan bentuk. Selama akhir perkembangan embrional ukuran sel tidak berubah secara nyata sedangkan jumlah sel bertambah (Anonimus, 2009).
Morfologi kaki bengkok cendrung lebih pendek dengan telapak kaki menekuk kedalam ,akibat terjadinya perbedaan derajat penulangan pada kaki yang bengkok,pada kaki yang mengalami kelainan(fetus) terjadi klasifikasi berlebihan dan ukuran masing-masing komponen skeleton juga lebih pendek (Anonimus, 2008).
Daun sombilo dapat mempengaruhi bentuk morfologi,berat bedan,dan panjang suatu fetus jika diberikan selama periode organopgenesis (Anonimus,2009).




BAB III
Metode Praktikum
ALAT                         :
-          baki alumunium
-          benang wall/tali rafia
-          penggaris
-          pinset

BAHAN                     : Foetus sapi atau kambing yang telah diawetkan

CARA KERJA         :
-          foetus yang telah disediakan dikeluarkan dari dalam stoples dan diletakkan di atas baki alumunium.
-          dilakukan pengukuran dengan cara CC-R dan SC-R
-          pengukuran CC-R dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk kurva sampai forehead
-          pengukuran SC-R dilakukan dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor berbentuk garis lurus sampai forehead. Cara ini yang sering digunakan
-          catat hasil pengukuran









BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pengukuran foetus kambing maka diperoleh hasil sebagai berikut
-          dengan cara CC-R panjang foetus yang diperoleh adalah 27cm
-          dengan cara SC-R panjang foetus yang diperoleh adalah 24,5 cm


Tabel Hasil Pengukuran

METODE
PANJANG KESELURUHAN TUBUH
PANJANG
RATIO
PANJANG
RATIO
KEPALA
TUBUH
KEPALA
TUBUH
KAKI DEPAN
KAKI BELAKANG
KAKI DEPAN
KAKI BELAKANG
CCR
27
10
17,5
1
3
13,5
15
5
6
SCR
24,5
7,5
17
1
4
10,5
12
1
1

Semakin bertambahnya usia kehamilan, makin bertambah pula berat foetus. Peningkatan yang drastis terjadi pada masa kehamilan 8-9 bulan. Pertumbuhan pada masa prenatal dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu : hereditas, ukuran, induk, nutrisi, lama kebuntingan, dan jumlah anak per “litter.”
Posisi foetus dalam kornua uteri juga dipengaruhi oleh komposisi antar sesama litter, perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta, dan suhu udara luar. Ukuran foetus secara genetik dipengaruhi oleh komponen gen itu sendiri, komponen gen induk, dan komposisi intra uteri dengan foetus lain. Kontribusi genetik material dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi prenatal. Pada kenyataannya telah diperkirakan bahwa 50%-75% variabilitasnya dalam berat lahir ditentukan oleh faktor-faktor maternal.
Dari hasil pengamatan didapatkan panjang foetus 27 cm dengan tekhnik CC-R dan 24,5 cm dengan tekhnik SC-R. Panjang yang diperoleh ini dapat menunjukkan berat dan umur dari foetus tersebut, sebagai berikut :

UMUR (BULAN)
PANJANG FOETUS (cm)
BERAT (g)
SIFAT FETAI/PLASENTA
1
0,8-1
0,3-0,5
Pucuk kepala dan kaki jelas, plasenta belem bertaut
2
6-8
10-30
Pucuk teracak, skrotum kecil, plasenta terpaut
3
13-17
200-400
Rambut pada vivir, dagu, dan kelopak mata, skrotum pada jantan
4
27-32
1000-2000
Teracak, berkembang warna kuning, ada legok bakal tanduk
5
30-45
3000-4000
Rambut pada alis, bibir, testes dalam skrotum, puting susu
6
40-60
5000-10000
Rambut dibagian dalam telinga, sekeliling legok tanduk, ujung ekor, dan moncong
7
55-25
8000-18000
Rambut pada meta tarsal, meta carpal phalanx dan punggung, rambut panjang pada ekor
8
75-85
15000-25000
Rambut pendek, halus diseluruh tubuh
9
20-100
20000-50000
Rambut panjang sempurna diseluruh tubuh, gigi seri normal, foetus besar

BAB V
Kesimpulan
  • foetus yang digunakan dalam praktikum, jika dilihat dari panjangnya (disesuaikan dengan tabel), maka foetus kambing tersebut berumur 4 bulan dan beratnya 1-2 kg/1000-2000gram.
  • kontribusi maternal dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi paternal
  • posisi foetus dalam cornua uteri dipengaruhi oleh perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta, dan suhu udara luar.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Moser. B. Toelihere, Drh, Msc, Dr.(1985). Fisiologi Reproduksi Pada Ternak.
Penerbit Angkasa : Bandung.
Rahmi, Erdiansyah.(2007). EMBRIOLOGI. DPA SKPD : Banda Aceh
Price,S.A,and L.M.Wilson.1984.Patofisiologi,EGC: Jakarta.
Santoso,H.B. (2006). Pengaruh Kafein terhadap Penampilan Reproduksi dan
Perkembangan Skeleton Fetus.Jurnal Biologi X
Zoha,M.S,A.H.Hussain & S.A Choundhury. (1989). Antifertility Effect of
Andrographis Paniculata in Mice, Bangladesh Medical Recsearch Council
Bulletin 15.
Currin,J.F. (2005). Early Pregnancy Diagnosis. Virginia State University.